Senin, 15 Desember 2008

Satu lagi dari E.S. Ito 2

Setelah selesai membaca "Rahasia Meede", akhirnya saya semakin menyadari betapa sejarah bisa menjadi sangat menarik. Es Ito berhasil menghadirkan wujud sejarah yang tidak linier, berbagai catatan sejarah yang terpenggal bisa dirangkai menjadi jalinan cerita yang masuk akal. Mulai dari sejarah awal pendaratan VOC, hingga isu isu kontemporer seakan akan saling kait mengkait. Banyak kejutan yang tidak terduga, seperti alasan penerimaan kubu Indonesia dalam KMB, atau wujud arsitektur Monas yang merupakan penanda sebuah rahasia besar yang terkait juga dengan warisan VOC.

Teori konspirasi selalu menarik untuk dibaca, dan novel ini juga memancing gairah saya untuk mendalami lebih jauh segala fakta maupun rekaan yang terjalin hingga menimbulkan spekulasi spekulasi baru.

Satu hal yang tetap saya pertahankan tidak lain adalah, bahwa novel ini tetap lah karya fiksi yang merupakan hasil olah riset berbaur dengan kreatifitas dan imajinasi ES Ito. Tetapi justru dengan karya fiksi semacam inilah kita bisa bebas menginterpetasikan sejarah, mempermainkannya dan mengkonstruksi ulang, tanpa harus terbebani oleh konsekuensi yang serius.

Jumat, 12 Desember 2008

Satu lagi dari E.S. Ito

ES Ito
Cover Novel

Kemarin, karena seharian listrik di kampus padam, dan setelah menyelesaikan satu kuliah dengan "cepat", tak ada tempat lain yang bisa aku pikirkan selain ke Toko Buku, dan Gramedia Slamet Riyadi sasaranku kali ini.

Awalnya tidak terpikirkan untuk membeli buku apa, yah sekedar melihat lihat dulu. Tapi akhirnya setelah berkeliling, ada saja buku yang menarik minatku dan memaksa tangan ini akhirnya tergarak mengambilnya untuk dibeli.

Buku "Rahasia Meede-nya ES Ito pun akhirnya terbeli. Sudah membaca resensinya di KOMPAS sekitar 2 bulan yang lalu, baru bisa terbeli sekarang. Setelah membaca sekitar 3 bab, terasa ada sesuatu yang menarik dari buku ini, ah seandainya saja hari ini boleh ijin tidak masuk ngajar, mungkin seharian akan kuhabiskan untuk membaca novel ini.

Dari resensi di Kompas dulu aku ingat novel ini bercerita seputar usaha penemuan harta karun VOC yang ditinggalkan di perut bumi kota Jakarta. Aku sudah membayangkan aroma konspirasi dari tema tersebut. Aku selalu menyukai teori teori konspirasi, aku rasa banyak orang juga menyukainya. Dan baru beberapa bab awal novel itu kubaca, benar saja aroma konspirasi sudah tercium, dan tidak bisa ditahan untuk ditelusuri sampai akhir.
Ada sedikit aroma Dan Brown yang dapat kita tangkap dari karya ini, bagaimana ES Ito, menyusun bab-bab awal untuk mengenalkan banyak tokoh yang berbeda-beda yang seakan akan tidak saling terkait. Dari bab awal ini aku sudah mencatat tidak kurang dari 7 tokoh, Rian, Catleen, Pak Uban, Erick, Rafael, Robert, dan satu lagi lupa namanya. Biasanya nanti di akhir akhir cerita baru ketahuan jalinan hubungan antar tokoh tersebut.

Satu lagi yang membuat awal novel ini menarik, adalah banyaknya cuplikan sejarah yang kita yakin sudah kita ketahui dari pelajaran standart di sekolah, tetapi serpihan serpihan tersebut oleh ES Ito berhasil di rangkai menjadi sebuah susunan cerita yang mengaitkannya dengan wajar, dan seolah olah itulah faktanya.

Berharap bisa segera menyelesaikan pembacaan novel ini.

Rabu, 10 Desember 2008

Cerita tentang Soerabaia

Setelah dua hari menjelajahi Surabaya, akhirnya berhasil memperoleh beberapa foto bangunan lama yang masih bertahan. Menjelajahi Surabaya tak ubahnya mengarungi sebuah metropolitan, yang semakin mirip dengan metropolitan lainnya. Hampir di setiap kawasan menjamur pusat pusat bisnis dan hiburan sebagai penanda derasnya kapitalisme yang menggerus wajah asli kota.
Memang keniscayaan ini susah untuk dihindarkan, mengingat betapa kekuatan modal sangat sulit untuk dilawan, apa lagi dengan "sekedar" perlawanan idealisme teori teori planologi atau tata kota.

Sekedar membandingkan, dari literatur yang saya dapat, dulu Surabaya oleh pemerintah Kolonial Belanda didesain dengan sangat memperhatikan faktor sungai-sungai yang melintasinya. Mungkin mirip kota2 di Belanda yang juga banyak terdapat kanal, sehingga sungai dijadikan orientasi pengembangan kota. Hal ini tercermin dari pemanfaatan sungai sebagai poros transportasi kota, selain kereta trem tentunya, sebagai standart sarana transportasi di hampr semua kota besar di Jawa waktu itu. Kali mas sangat diperhatikan, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pelabuhan di sepanjang Kali Mas, hingga masuk jauh ke dalam kota. Dari koleksi foto KITLV, kita juga bisa mengamati justru sungai dijadikan arah orientasi bangunan, sehingga area waterfront sangat terjaga kondisinya.

Sedangkan dari pengamatan saya kemarin, sungai sungai tersebut berubah tak ubahnya menjadi tong sampah besar, tempat membuang segala sisa aktifitas penghuni kota.Walaupun terlihat juga memang di beberapa titik sudah diusahakan untuk merevitalisasi daerah bantarannya, baik untuk kawasan hijau (taman), area rekreasi, maupun fasilitas publik lainnya. Sayangnya fungsi sebagai jalur transportasi sudah benar benar hilang. Padahal melihat kecepatan tumbuh kota Surabaya dengan begitu banyak penduduknya, menuntut pemenuhan sarana transportasi massal yang memadai. Daripada bertumpu pada transportasi jalan, ada baiknya mencoba memikirkan untuk mengoptimalkan kembali fungsi sungai sebagai sarana transportasi. Sebelum terlambat seperti kota Jakarta.

Selasa, 09 Desember 2008

Melancong ke Soerabaia 2

Pintu Air Jagir

Pecinan
Gedung Internatio 1
Gedung Internatio 2

Bangunan yang lain dari hasil melancong..

Melancong ke Soerabaia

Mencoba menelusuri jejak peninggalan arsitektur kolonial Belanda di Surabaya.
Membandingkannya dengan kondisi saat ini.
2 hari tanggal 6 dan 7 Desember 2008, penjelajahan Surabaya lama dilaksanakan....
Broederan School

Kantor Balaikota
Gedung Aurora
Gedung Cerutu

Beberapa bangunan lain yang bisa direkam























Hotel Oranye/Majapahit





















Gedung Grahadi






















Gubenuran 1























Gubenuran 2