Rabu, 10 Desember 2008

Cerita tentang Soerabaia

Setelah dua hari menjelajahi Surabaya, akhirnya berhasil memperoleh beberapa foto bangunan lama yang masih bertahan. Menjelajahi Surabaya tak ubahnya mengarungi sebuah metropolitan, yang semakin mirip dengan metropolitan lainnya. Hampir di setiap kawasan menjamur pusat pusat bisnis dan hiburan sebagai penanda derasnya kapitalisme yang menggerus wajah asli kota.
Memang keniscayaan ini susah untuk dihindarkan, mengingat betapa kekuatan modal sangat sulit untuk dilawan, apa lagi dengan "sekedar" perlawanan idealisme teori teori planologi atau tata kota.

Sekedar membandingkan, dari literatur yang saya dapat, dulu Surabaya oleh pemerintah Kolonial Belanda didesain dengan sangat memperhatikan faktor sungai-sungai yang melintasinya. Mungkin mirip kota2 di Belanda yang juga banyak terdapat kanal, sehingga sungai dijadikan orientasi pengembangan kota. Hal ini tercermin dari pemanfaatan sungai sebagai poros transportasi kota, selain kereta trem tentunya, sebagai standart sarana transportasi di hampr semua kota besar di Jawa waktu itu. Kali mas sangat diperhatikan, hal ini bisa dilihat dari banyaknya pelabuhan di sepanjang Kali Mas, hingga masuk jauh ke dalam kota. Dari koleksi foto KITLV, kita juga bisa mengamati justru sungai dijadikan arah orientasi bangunan, sehingga area waterfront sangat terjaga kondisinya.

Sedangkan dari pengamatan saya kemarin, sungai sungai tersebut berubah tak ubahnya menjadi tong sampah besar, tempat membuang segala sisa aktifitas penghuni kota.Walaupun terlihat juga memang di beberapa titik sudah diusahakan untuk merevitalisasi daerah bantarannya, baik untuk kawasan hijau (taman), area rekreasi, maupun fasilitas publik lainnya. Sayangnya fungsi sebagai jalur transportasi sudah benar benar hilang. Padahal melihat kecepatan tumbuh kota Surabaya dengan begitu banyak penduduknya, menuntut pemenuhan sarana transportasi massal yang memadai. Daripada bertumpu pada transportasi jalan, ada baiknya mencoba memikirkan untuk mengoptimalkan kembali fungsi sungai sebagai sarana transportasi. Sebelum terlambat seperti kota Jakarta.